god

god
allah

Kamis, 15 November 2007

Bulan Oktober biasanya disebut juga bulan bahasa. Yang dimaksud tentu bahasa Indonesia. Sebab dibulan inilah Bahasa Indonesia pertama kali dikumandangkan sebagai bahasa nasional dan sekaligus bahasa pemersatu di Republik Indonesia.Berbicara tentang bahasa Indonesia umumnya akan langsung tertuju pada sastra Indonesia. Padahal bahasa Indonesia ini tidak semata sastra saja. Ada banyak hal-hal yang berkenaan dengan bahasa ini. Salah satunya adalah semakin lunturnya kebanggaan berbahasa Indonesia, baik dalam percakapan sehari-hari, dalam menulis di media maupun dalam jurnalistik.Bila diamati dikoran, majalah, buku-buku, dan di website/webblog serta saat percakapan informal, rata-rata pengguna bahasa Indonesia mencampurnya dengan bahasa asing terutama bahasa Inggris. Walaupun sesungguhnya padanan dalam bahasa Indonesianya telah tersedia dan termasuk kata yang populer. Bahkan dalam jurnalistik sering ditemui kata bahasa Indonesianya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, seolah-olah pembacanya tidak mengerti kata-kata tersebut.Terlepas dari maksud dan tujuan menggunakan campuran bahasa asing atau bahkan merasa lebih mantap dengan bahasa asing, yang pasti bahasa Indonesia tetaplah harus dipertahankan sebagai bahasa nasional. Dan siapakah yang paling berkepentingan mempertahankan bahasa Indonesia, bila bukan bangsa Indonesia sendiri ?Tanpa maksud membandingkan, lihatlah beberapa negara di Eropa. Misalnya di Italia, dinegara ini sangat sulit menemukan hal-hal yang tidak menggunakan bahasa Italia. Seluruh rambu jalan menggunakan bahasa Italia. Majalah dan koran berbahasa Inggris sangat sulit dicari, walaupun ada tetapi hanya ditempat-tempat tertentu dengan harga yang lebih tinggi dan tersedia hanya beberapa eksemplar saja. Televisi lokal, bahkan hanya sebuah program acara yang berbahasa selain Italia tidak tersedia.Mereka bangga sekali dengan bahasanya, sehingga para pendatang, apakah itu turis, investor atau imigran harus memahami bahasa Italia, walaupun hanya dasar-dasarnya saja. Padahal penduduk dunia yang menggunakan bahasa Italia sangat sedikit jumlahnya.Sebuah ensiklopedia anak-anak didalamnya ada 10 besar bahasa di dunia dan inilah urutannya : (1) Cina; (2) Inggris; (3) Hindi; (4) Spanyol; (5) Rusia; (6) Arab; (7) Bengal; (8) Portugal; (9) Indonesia; (10) Jepang.Bahasa Indonesia termasuk urutan ke-9 terbanyak digunakan penduduk dunia. Jadi pertanyaannya banggakah kita dengan bahasa Indonesia ?

Bulan Bahasa


Oktober sudah jamak diingat oleh banyak orang sebagai Bulan Bahasa. Tidak lain karena bulan ini dikaitkan dengan peristiwa besar Sumpah Pemuda yang salah satu isinya, “Menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.” Penyusun Sumpah Pemuda sendiri sedemikian menghargai bahasa — yang mewakili kebudayaan — sehingga tidak langsung dipukul rata sebagai, “satu tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.” Khusus untuk bahasa, disebut sebagai menjunjung. Jadi sekalipun kita sudah bertanah air dan berbangsa yang satu, kebudayaan kita di dalamnya, termasuk bahasa, masih menyimpan beragam jenis. Namun demikian bahasa nasional tetap dijunjung karena dengan begitulah orang banyak tersebut dapat berkomunikasi satu dengan yang lain.
Berbeda dengan bahasa negara-negara lain yang umumnya memiliki tata-bahasa yang kompleks, Bahasa Indonesia sering secara sembarangan disebut lebih sederhana. Saya tulis “secara sembarangan” karena klaim ini hanya diungkapkan sambil lalu tanpa didasari sebuah sigi yang memadai. Yang jelas, rujukan tentang aspek-aspek kebahasaan di negeri kita masih minim. Pelajaran tentang bahasa masih seperti hanya untuk fakultas sastra dan buku-buku pengajaran berbahasa minim di rak-rak toko buku kita. Tentu saja terlalu jauh jika dibandingkan dengan Bahasa Inggris misalnya yang bahkan pengajaran berbahasanya sudah menjadi industri dengan omset besar. Bahasa Belanda yang hanya digunakan di kawasan Benelux yang mini pun, memiliki materi rujukan yang cukup banyak, dari tingkat pemula dengan beberapa variasi metode, sampai pembahasan untuk pemakaian yang lanjut.
Perasaan “sederhana” pertama terhadap Bahasa Indonesia jika kita sedang mempelajari bahasa-bahasa lain adalah ketiadaan perubahan bentuk kata kerja. Baik subjek atau waktu (tenses) tidak menyebabkan perubahan apapun pada kata kerja. Saya pergi, kamu pergi, dan dia pergi; demikian juga saya pergi kemarin, saya pergi besok. Tidak ada perbedaan pada kata kerja.Umumnya bahasa-bahasa utama yang dipakai secara internasional saat ini memilikinya. Kebetulan pula bahasa-bahasa daerah di negeri kita juga tidak terlalu berbeda jauh konstruksinya dengan bahasa nasional, sehingga dengan menerjemahkan kata per kata sudah memadai hasilnya.
Memanggil orang yang sedang diajak bicara juga menjadi kesulitan tersendiri. Terutama bagi orang yang baru dikenal atau karena persoalan “menghormati.” Jika di Bahasa Belanda terdapat perbedaan jij (dibaca “yay”) dan u untuk membedakan lawan bicara yang sudah akrab dan orang yang baru dikenal, di dalam bahasa kita aturan baku tersebut tidak ada dan lebih banyak mengandalkan perasaan pemakainya. Menggunakan kamu lebih tepat untuk orang yang sudah dikenal akrab, sedangkan anda dan saudara terkadang terasa terlalu kaku atau formal. Solusinya sering kali tidak lebih baik: menggunakan nama lawan bicara, seperti bagaimana menurut Mas Amir? Itu pun masih direpotkan dengan tambahan semacam Mas yang sangat dipengaruhi bahasa daerah.
Kesulitan lain yang dijumpai orang asing yang belajar bahasa kita adalah perbedaan kami dan kita. Kebetulan di dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda, keduanya dinyatakan dengan we. Seorang teman yang punya janji ketemu kolega, seorang Belanda, di stasiun menerima SMS: Kami ketemu di stasiun jam 10.00. Kami siapa, kalau yang diajak janjian adalah dia (si penerima SMS) sendiri? Sayangnya, banyak kalangan yang berbahasa ibu Bahasa Indonesia pun ikut kurang teliti menggunakan keduanya, sehingga sering terdengar seorang penjaja barang menyebut, “Kita sudah berusaha menekan harga…” Yang menentukan harga kan kalian, jadi kenapa mengikut-ikutkan saya, si calon pembeli?
Karena keelokan Bahasa Indonesia terletak pada pemakaian imbuhan, baik berupa awalan, sisipan, dan akhiran, di situ pula kesulitan yang kerap dihindari oleh mereka yang sedang belajar. Toh, memang lebih aman menyebut, “Saya tulis di kertas” ketimbang “Saya menulis di kertas.” Tulis, menulis, menuliskan, atau menulisi? Perkara imbuhan ini beberapa kali saya “membesarkan hati” teman di sini, “Jika kalian anggap Bahasa Indonesia itu sederhana tata bahasanya, coba kalian bayangkan seseorang yang baru belajar dan salah ucap, ‘Saya mau meniduri anak saya’, padahal maksudnya, ‘Saya mau menidurkan anak saya’.” Jadi jangan main-main!

kETOMBe

Ketombe ? Wah,nggak banget,deh ! Malu-maluin 'kan kalo' kamu cewe or cowo ketombean.Bisa dipastiin yang ada tuch cuma EM-I-EN-DE-ER ! Duh,gawat donK !!!! Tapi tenang aja ada tipsnya kok biar kamu nggak ketombean lagi !
Tapi tunggu dulu,buat kamu yang nggak ketombean juga kudu hati-hati soalnya ketombe bisa menyerang siapa aja.Nggak itu perempuan,laki-laki,tua,muda,remaja,pokoknya nggak mandang bulu,deh !
Biasanya,kepala berketombe 'coz terlalu sering menggunakan produk rambut seperti hair spray,pengeritingan rambut,pelurus rambut,pewarna rambut dan lain-lain.Oya,buat kamu yang nggak ketombeab,jangan pernah make sampo Anti-Ketombe,'coz itu justru membuat kamu ketombean.
Gonta-ganti sampo juga bisa bikin kamu ketombean.

Key,ne dy tips-tips buat menyembuhkan ketombe ....
  • Bawang bombay dibelah dua.
  • Rambut dibasahi dengan air bersih.
  • Bawang bombay yang telah dibelah digosok secara merata dikulit kepala.
  • Biarkan selama beberapa saat.
  • Bilas rambut dengan air bersih.

Nah,kalo' udah gitu dijamin ketombe kamu bakalan pergi.Kalo udah nyobain tapi belom sembuh juga,cobain terus deh ampe sembuh !

Kamis, 08 November 2007

fRieNshiP FOrEVer

setiap makhluk yang bernama manusia pasti berobsesi untuk meraih kesuksesan.Banyak tips-tips yang dibeberkan oleh orang-orang sukses di dunia.Salah satunya adalah hubungan dengan manusia.Pernahkah anda berpikir bahwa hubungan dengan manusia merupakan kriteria utama untuk meraih kesuksesan.Bahkan bukan hanya itu tetapi juga perasaan bahagia karena telah menjadi manusia seutuhnya.